Empat Pelajaran Mengenai Mengapa Freelancers Gagal di Media Sosial – oleh Susanna Gebauer
Ada beberapa hal yang dalam
berbagai aktivitas di media sosial ternyata bisa berpengaruh buruk bukan hanya ke
dunia freelance, tetapi juga ke brand atau perusahaan yang sudah mapan
sekalipun. Brand yang sudah mapan telah mempunyai nama sedangkan seorang
freelancer biasanya memulai dari nol – atau dengan reputasi sebagai seorang
ahli, “otak” dari suatu brand, atau bahkan hanya sebagai orang yang
menyenangkan untuk bekerja dengan orang lain. Jika kita (sebagai sebuah brand) telah
mempunyai reputasi yang lumayan baik, hal ini akan menjadi awal yang lebih
mudah dibanding kita memulai dari nol sebagai freelancer.
Pelajaran
1:
Menjual/mendapatkan
pelanggan adalah sebuah proses yang panjang – hal ini pun berlaku di media
sosial
Ini
adalah kesalahan pertama yang dilakukan beberapa orang (bukan hanya para
freelancers): mereka mengharapkan hasil yang instan setelah action pertama yang
mereka lakukan. Biasanya hal ini salah. Media sosial adalah tentang kreasi –
membangun hubungan, membangun reputasi, membangun brand, dan membuat bagaimana
brand kita ini “terlihat”. Dan hal ini butuh waktu, meskipun dalam dunia offline
ataupun online.
Pelajaran
2:
Media sosial adalah mengenai interaksi dan hubungan. Tidak berkaitan dengan perihal
penjualan. Carilah target audiens kita dan berikan apa yang mereka butuhkan.
Hal
ini bisa menjurus ke kesalahan berikutnya: Dengan siapa kita berbicara? Banyak
orang membawa topik penjualan dalam media sosial tanpa mempertimbangkan siapa
audiens yang akan mereka jangkau dan dimana mereka akan mendapatkannya. Bayangkan
kita pergi ke pesta dan malahan dalam pesta itu kita mengoceh tentang pekerjaan
atau prestasi kita. Tidak pantas bukan? Hal ini pula yang terjadi pada sosial
media.
Biasanya
kita memulai jaringan baru dengan menghubungi orang-orang yang telah kita
kenal. Tapi kenyataannya, untuk mempromosikan jasa kepada sahabat kita, kita
tidak memerlukan Facebook atau Twitter. Carilah momen yang tepat, dan juga sesuaikan dengan
kebutuhan mereka
Pelajaran 3:
Apakah value yang
kita tawarkan? Kita ingin dikenal sebagai apa? Bagaimana kita bisa membuat orang
lain tertarik bekerja dengan kita?
Selanjutnya, pikirkan
mengenai pesan yang kita bawakan. Berapa jumlah teman kita di Facebook? Berapa
jumlah orang yang kita follow di Twitter? Jika di bawah 100, kita masih punya
kesempatan untuk mengecek setiap postingan mereka. Jika lebih dari itu, kita
harus lebih selektif.
Pesan yang kita
bawakan, konten yang kita share, dan pemilihan kata dari postingan kita adalah
faktor-faktor krusial yang menentukan keberhasilan kita. Untuk mendapatkan
perhatian dari target audiens kita, kita harus membagikan informasi yang mereka
inginkan dan mereka butuhkan – dan bukan yang kita ingin mereka untuk baca atau
apa yang ingin kita jual ke mereka.
Kita harus
mendapatkan perhatian di media sosial. Jika kita memberikan sesuatu yang
bernilai di mata audiens, audiens kita tidak akan berkeberatan untuk menyimpan
alamat dan penjelasan mengenai jasa yang kita tawarkan. Jangan lakukan
sebaliknya. Jika kalian tidak percaya, cobalah pergi ke networking event
berikutnya dan katakan “Saya menawarkan jasa xy dengan harga yang murah” lalu
lihatlah apa yang terjadi selanjutnya.
Pelajaran 4:
Menjadi freelancer
selalu lebih berat
Sebagai seorang
freelancer, kita akan bekerja sendirian. Jika kita mempunyai banyak klien, kita
akan menjadi hanya punya sedikit waktu untuk menangani media sosial kita.
Khususnya jika kita baru memulai bisnis, peran media sosial menjadi sangat
penting dan membutuhkan waktu untuk mengurusnya. Atau mungkin juga kita
mempekerjakan seseorang untuk mengurus hal yang satu ini.
Seperti yang telah
dikatakan sebelumnya, jika kita memulai sebagai freelancer, kita akan merintis
dari awal. Sebagai sebuah brand, kita sering diharuskan untuk mendapatkan
pelanggan setia. Bayangkan brand yang sudah mapan seperti Ferrari, orang-orang
akan menyukai brand seperti Ferrari walaupun tidak pernah melihat media sosial
Ferrari.
Kesimpulan:
Jika hal-hal ini terasa sia-sia, jangan salah. Karena jika kita melakukannya dengan tepat,
kesuksesan kita sebagai seorang freelancer akan terlihat paling bersinar.
Ferrari tidak mendapatkan sisi visibility dari 30 juta fansnya, sedangkan kita
mendapatkan hal ini dari 30000 fans kita. Kita dapat memanfaatkan peluang untuk berkompetisi melalui media sosial.
Tentu saja hal ini
membutuhkan waktu dan usaha. Tetapi jika kita mengusahakannya dengan baik, jangan
pernah melupakan pepatah “usaha keras tidak akan menghianati hasil”.
dikutip dari http://blog.thesocialms.com/97816525131/#sthash.zZ2klvHq.uxfs
dengan perubahan
0 comments:
Post a Comment