Menyembuhkan Penyakit 'Workaholic'
Apakah Anda merasa terlalu banyak menghabiskan waktu di kantor dan orang-orang terdekat Anda sudah mengomentari kebiasaan Anda ini? Hati-hati, itu adalah beberapa gejala 'workaholic'.
Di era globalisasi ini, melesatnya perkembangan teknologi dan terlalu cepatnya roda ekonomi berputar membawa dampak buruk juga ternyata. Salah satu bentuk sisi negatifnya adalah berubahnya posisi pekerjaan, yang dulunya sebagai kebutuhan, menjadi candu. Istilah yang sering diberikan pada orang-orang yang kecanduan bekerja ialah workaholic.
Sebuah tes sederhana yang dibuat oleh University of Bergen dan Nottingham Trent University berikut bisa menunjukkan skala workaholic yang Anda derita. Caranya, Anda tinggal menjawab dengan rentang angka dari 1 (tidak pernah) hingga 5 (selalu):
1. Seberapa sering Anda berpikir untuk memanfaatkan waktu luang yang Anda miliki untuk bekerja?
2. Seberapa sering Anda bekerja melebihi standar perusahaan?
3. Seberapa sering Anda bekerja untuk menghilangkan perasaan bersalah, resah, dan depresi?
4. Seberapa sering orang lain memberitahu Anda untuk libur sebentar tetapi Anda mengabaikannya?
5. Seberapa sering Anda merasa stres bila dilarang untuk bekerja?
6. Seberapa sering Anda tidak melakukan hobi dan aktivitas menyenangkan kesukaan Anda karena lebih memilih untuk bekerja?
7. Seberapa sering Anda merasa pekerjaan Anda membawa dampak buruk bagi kesehatan Anda?
Saat Anda menjawab tiga atau empat dari tujuh pertanyaan di atas dengan angka 4 (sering) atau 5 (selalu), maka Anda terbukti terserang penyakit workaholic.
Riset pun menunjukkan bahwa workaholic sering dikaitkan dengan masalah kesehatan, insomnia, stres, dan konflik dalam pekerjaan dan keluarga. Sebagian orang yang terlanjur terbuai oleh pekerjaan cenderung membiarkan pertanda tersebut dan tetap bersikukuh bahwa jika mereka terus bekerja, ketenangan dan kepuasan akan datang dengan sendirinya. Namun, sejatinya, terpuaskan oleh pekerjaan dan diperalat olehnya itu berbeda dan wajib Anda waspadai.
Apabila Anda sudah merasa komitmen Anda terhadap pekerjaan terlalu mengikat, ikuti saran dari businessnewsdaily.com berikut ini untuk membantu Anda kembali ke 'jalan yang benar':
1. Membuat Jadwal Khusus dan Mematuhinya
Kemudahan berkomunikasi 24 jam sehari menjadi salah satu akar penyebab seseorang menjadi gila kerja. Untuk menyembuhkan Anda dari 'penyakit' tersebut, buatlah jadwal khusus yang porsi waktu istirahatnya cukup tinggi.
Dengan adanya jadwal yang mengakomodir bekerja dan beristirahat secara seimbang, Anda akan bekerja lebih efektif dan tidak sepanjang waktu. Bekerja dari rumah juga bisa menjadi jalan keluar lainnya agar Anda tidak menatap komputer dan duduk di depan meja terlalu lama.
Saat Anda mendisiplinkan diri pada struktur kegiatan yang Anda buat sendiri, Anda akan menemukan waktu-waktu luang yang bisa dimanfaatkan untuk hal lain, seperti mengikuti kelas yoga dan bersantai bersama keluarga.
2. Beristirahat Selagi Sempat
Di hari-hari tertentu di mana Anda harus bekerja lembur, prioritaskan diri Anda untuk beristirahat, meskipun itu hanya 5-10 menit. Saat Anda bisa menjauhkan diri dari pekerjaan dan smartphone Anda yang berdering tiada henti gara-gara bos atau klien, Anda bisa meraih kembali fokus Anda, yang nantinya akan membantu Anda menyelesaikan pekerjaan lebih efisien.
Bekerja selama 10-12 jam sehari bisa membawa dampak buruk bagi kesehatan jiwa dan raga Anda. Seprofesional atau seterbiasa apapun Anda, beristirahat dengan sekedar berjalan-jalan menikmati udara di luar kantor atau melangkah beberapa meter ke cafetaria terdekat untuk menikmati santap siang bisa membuat inspirasi dan semangat kerja Anda terbarui.
3. Fokus pada Prioritas Lainnya di Luar Pekerjaan
Banyak orang yang ingin melupakan permasalahan yang mereka hadapi dengan bekerja, namun seringkali, permasalahan tersebut timbul dikarenakan kecanduan mereka pada bekerja terlebih dahulu.
Ketika Anda menjadi workaholic, semua hal primer di dunia ini pun menjadi hal sekunder di belakang kepentingan pekerjaan Anda. Namun faktanya, beberapa orang memilih untuk menjadi workaholic karena tidak memiliki peran dan situasi di kehidupan pribadi yang sama suksesnya dengan pekerjaannya, seperti berkeluarga.
Salah satu sinyal bahwa Anda seorang workaholic ialah saat keluarga Anda mulai mengekspresikan kekecewaan mereka karena jarang bertemu dengan Anda dan merasa kehilangan saat Anda tidak bisa hadir di momen penting gara-gara urusan pekerjaan. Di samping melukai orang terdekat Anda, kebiasaan workaholic ini juga bisa melukai hubungan sesama pekerja atau bawahan Anda, apabila Anda seorang manajer.
Cara untuk keluar dari masalah pelik ini adalah dengan menanyakan pada diri Anda apakah Anda tega melewatkan momen penting yang dialami oleh Anda dan orang terdekat Anda, seperti menunggu detik-detik kelahiran buah hati. Dengan motivasi internal seperti itu, niscaya Anda akan termotivasi untuk meninggalkan kebiasaan Anda bekerja terlalu keras dan kembali menjalani hidup yang normal.
Sudah siapkah Anda untuk melepas jabatan sebagai workaholic selamanya?
Image credit: huffingtonpost.com
Menjadi ayah yang kreatif meskipun sibuk bekerja atau workaholic tetapi tetap ingat dengan mainan anaknya..
ReplyDelete