a

Thursday, May 28, 2015
Empat Pelajaran Mengenai Mengapa Freelancers Gagal di Media Sosial – oleh Susanna Gebauer

Empat Pelajaran Mengenai Mengapa Freelancers Gagal di Media Sosial – oleh Susanna Gebauer






Ada beberapa hal yang dalam berbagai aktivitas di media sosial ternyata bisa berpengaruh buruk bukan hanya ke dunia freelance, tetapi juga ke brand atau perusahaan yang sudah mapan sekalipun. Brand yang sudah mapan telah mempunyai nama sedangkan seorang freelancer biasanya memulai dari nol – atau dengan reputasi sebagai seorang ahli, “otak” dari suatu brand, atau bahkan hanya sebagai orang yang menyenangkan untuk bekerja dengan orang lain. Jika kita (sebagai sebuah brand) telah mempunyai reputasi yang lumayan baik, hal ini akan menjadi awal yang lebih mudah dibanding kita memulai dari nol sebagai freelancer.

Pelajaran 1:
Menjual/mendapatkan pelanggan adalah sebuah proses yang panjang – hal ini pun berlaku di media sosial

Ini adalah kesalahan pertama yang dilakukan beberapa orang (bukan hanya para freelancers): mereka mengharapkan hasil yang instan setelah action pertama yang mereka lakukan. Biasanya hal ini salah. Media sosial adalah tentang kreasi – membangun hubungan, membangun reputasi, membangun brand, dan membuat bagaimana brand kita ini “terlihat”. Dan hal ini butuh waktu, meskipun dalam dunia offline ataupun online.


Pelajaran 2:
Media sosial adalah mengenai interaksi dan hubungan. Tidak berkaitan dengan perihal penjualan. Carilah target audiens kita dan berikan apa yang mereka butuhkan.

Hal ini bisa menjurus ke kesalahan berikutnya: Dengan siapa kita berbicara? Banyak orang membawa topik penjualan dalam media sosial tanpa mempertimbangkan siapa audiens yang akan mereka jangkau dan dimana mereka akan mendapatkannya. Bayangkan kita pergi ke pesta dan malahan dalam pesta itu kita mengoceh tentang pekerjaan atau prestasi kita. Tidak pantas bukan? Hal ini pula yang terjadi pada sosial media.

Biasanya kita memulai jaringan baru dengan menghubungi orang-orang yang telah kita kenal. Tapi kenyataannya, untuk mempromosikan jasa kepada sahabat kita, kita tidak memerlukan Facebook atau Twitter. Carilah momen yang tepat, dan juga sesuaikan dengan kebutuhan mereka


Pelajaran 3:
Apakah value yang kita tawarkan? Kita ingin dikenal sebagai apa? Bagaimana kita bisa membuat orang lain tertarik bekerja dengan kita?

Selanjutnya, pikirkan mengenai pesan yang kita bawakan. Berapa jumlah teman kita di Facebook? Berapa jumlah orang yang kita follow di Twitter? Jika di bawah 100, kita masih punya kesempatan untuk mengecek setiap postingan mereka. Jika lebih dari itu, kita harus lebih selektif.

Pesan yang kita bawakan, konten yang kita share, dan pemilihan kata dari postingan kita adalah faktor-faktor krusial yang menentukan keberhasilan kita. Untuk mendapatkan perhatian dari target audiens kita, kita harus membagikan informasi yang mereka inginkan dan mereka butuhkan – dan bukan yang kita ingin mereka untuk baca atau apa yang ingin kita jual ke mereka.
Kita harus mendapatkan perhatian di media sosial. Jika kita memberikan sesuatu yang bernilai di mata audiens, audiens kita tidak akan berkeberatan untuk menyimpan alamat dan penjelasan mengenai jasa yang kita tawarkan. Jangan lakukan sebaliknya. Jika kalian tidak percaya, cobalah pergi ke networking event berikutnya dan katakan “Saya menawarkan jasa xy dengan harga yang murah” lalu lihatlah apa yang terjadi selanjutnya.


Pelajaran 4:
Menjadi freelancer selalu lebih berat

Sebagai seorang freelancer, kita akan bekerja sendirian. Jika kita mempunyai banyak klien, kita akan menjadi hanya punya sedikit waktu untuk menangani media sosial kita. Khususnya jika kita baru memulai bisnis, peran media sosial menjadi sangat penting dan membutuhkan waktu untuk mengurusnya. Atau mungkin juga kita mempekerjakan seseorang untuk mengurus hal yang satu ini.

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, jika kita memulai sebagai freelancer, kita akan merintis dari awal. Sebagai sebuah brand, kita sering diharuskan untuk mendapatkan pelanggan setia. Bayangkan brand yang sudah mapan seperti Ferrari, orang-orang akan menyukai brand seperti Ferrari walaupun tidak pernah melihat media sosial Ferrari.

Kesimpulan:
Jika hal-hal ini terasa sia-sia, jangan salah. Karena jika kita melakukannya dengan tepat, kesuksesan kita sebagai seorang freelancer akan terlihat paling bersinar. Ferrari tidak mendapatkan sisi visibility dari 30 juta fansnya, sedangkan kita mendapatkan hal ini dari 30000 fans kita. Kita dapat memanfaatkan peluang untuk berkompetisi melalui media sosial.


Tentu saja hal ini membutuhkan waktu dan usaha. Tetapi jika kita mengusahakannya dengan baik, jangan pernah melupakan pepatah “usaha keras tidak akan menghianati hasil”.


Read More
Monday, May 11, 2015
Tips Mengatur Keuangan untuk Freelancers

Tips Mengatur Keuangan untuk Freelancers


Berikut adalah lima tips ampuh untuk mengurus bisnis freelance:






Tulis laporan keuanganmu


Seni dan bisnis memang kedua hal yang sulit digabungkan, apalagi ketika kita adalah seorang freelancer. Hal ini sebenarnya menyenangkan, karena dengan menjadi bos untuk diri kita sendiri, itu juga berarti kita punya departemen keuangan pribadi ;)

Freelancers ingin untuk tetap bekerja, dibayar, dan terhindar dari hutang atau sanksi pajak. Mengurusi hal-hal ini tentunya sangat menyita waktu, padahal mereka perlu banyak waktu untuk mendesain. Lalu bagaimana tips para freelancer untuk hal ini?




Elly Walton telah bekerja sebagai illustrator freelance selama 10 tahun. Klien-kliennya berasal dari dunia periklanan, desain, dan bahkan penerbitan. Dibalik kesuksesannya itu dia masih menggunakan laporan keuangan Excel untuk mencatat pendapatan, pengeluaran, dan pajak untuk dirinya. Walton juga mencatat pekerjaan yang masuk, bagaimana dia memperolehnya, dan menentukan apakah itu adalah hasil promosi atau rekomendasi dari kliennya yang lain. “Saya bisa melihat grafiknya dan dapat memeriksa marketing saya.”


Pertimbangkan untuk memakai sebuah aplikasi keuangan



Walton juga menggunakan template Adobe Photoshop untuk nota dan suka menyimpan bukti tertulis untuk pengerjaan proyeknya, sehingga dia dapat mngeceknya kembali dan juga membubuhkan stempel “LUNAS” ketika pembayarannya telah lunas.



Mengurus seluruh pengeluaran kita tentu tidak susah, namun jika kita menjalankan sebuah perusahaan, mungkin kita perlu mempertimbangkan untuk memakai sebuah aplikasi keuangan. Hal ini tidak terlalu makan biaya, namun tentunya meringankan beban kita.

Seperti Elly Walton, seorang illustrator kecantikan dan fesyen bernama Willa Gelbie juga menggunakan laporan keuangan. Dia memakai Google Docs, namun pada tahun 2013 dia beralih menggunakan FreeAgent.

Gebbie adalah fans berat FreeAgent. “Saya suka bagaimana aplikasi ini dapat membantu saya membayar SPT tahunan, ini benar-benar menakjubkan’, tambahnya “aplikasi ini juga bisa membayarkan tagihan bank, dan saya dapat memeriksa apa yang sudah dan yang belum saya bayar.”


Segera catat secara rutin





FreeAgent dapat memberikan peringatan pembayaran tagihan secara otomatis kepada penggunanya, dan Gebbie takut hal itu akan sangat “spammy”, sehingga dia lebih suka mengeceknya sendiri. “Saya menulis nota segera setelah saya menyelesaikan job tersebut,” katanya. “Seminggu sekali, saya mengecek pembayaran dan nota-nota yang belum terbayar. Jika ada yang belum membayar hingga lama sekali, saya akan menghubungi setiap beberapa hari sekali.”


Ilustrator sekaligus desainer hand-lettering ternama Linzie Hunter beralih ke sistem online, Wave. Dulunya dia memakai Excel, namun dia merasa lebih terbantu ketika memakai Wave.


“Memiliki sistem cloud berarti dapat mengakses pembayaran dan tagihan dimanapun. Fitur favorit saya adalah akses untuk menyambungkannya dengan rekening bank dan akun PayPal, sehingga saya tidak perlu mengisi secara manual. Wave juga dapat menunjukkan kondisi finansial saya.”


Buatlah detail pembayaran dengan jelas



Wave dan Free Agent mungkin terlihat sangat menarik, namun mereka tidak bisa mengingatkan kita tentang siapa klien yang belum membayar. Elly Walton mengungkapkan “Saya beruntung, tidak ada klien yang tidak membayar- namun saya seringkali bingung mengenai kejelasan detail jangka waktu pembayaran. Tiga puluh hari masih dianggap beralasan”, ungkapnya, “setelah itu, coba tanyakan sesopan mungkin.”

Willa Gebie setuju. “Terkadang klien tidak membayar tepat waktu, namun seringnya hal itu disebabkan oleh bagian keuangan, bukan oleh si art director.”


Bersiap-siaplah





Para ilustrator seringkali mengalami naik turun dunia freelance. Apakah nasehat utama yang sering mereka berikan? “Jika kita memutuskan untuk menjadi freelancer, pastikan kita memahami kemampuan diri kita dan membayar tagihan tepat waktu,” saran Linzie Hunter. “Mungkin di tahun pertama kita akan menemui banyak pengeluaran. Jangan lupa untuk membiasakan menyimpan nota di dompet” lanjutnya.

Willa Gebbie menyetujui hal ini. “Bahkan bisa juga kita sempat membangun bisnis sebelum kita mempunyai kewajiban membayar pajak. Ini adalah kesempatan yang baik.”

“Simpanlah uang bisnis dan uang jajan kita di dalam tempat yang berbeda,” saran Elly Walton. “Jika semua pembayaran ditarik dari satu rekening, dan kita punya bayangan bahwa kita masih punya uang yang cukup untuk membayar ini dan itu; ini adalah strategi yang sangat beresiko.” Rasanya apa yang dikatakan Walton ini tidaklah salah.


dikutip dari: http://www.creativebloq.com/business/how-manage-your-freelance-cashflow-41514648 dengan perubahan seperlunya.
Read More
Copyright © 2012 Orkha Creative All Right Reserved
Designed by CBTblogger