3 'Bencana' Mengerikan Saat Mendesain
Mendapatkan proyek mendesain logo memang menyenangkan, tetapi proses pengerjaannya tak selalu begitu.
Selalu ada saja pengalaman yang tidak menyenangkan saat kita mendesain. Meskipun banyak yang sudah menceritakannya melalui internet atau mungkin Anda dengar langsung dari rekan desainer lain, namun ada saja 'bencana' yang datang tak terduga menghampiri kita.
Beberapa 'bencana' yang kerap datang dan membuat kita menderita tersebut antara lain berbentuk:
1. Bertemu Klien yang Rewel
Desainer, dalam situasi lain, bisa saja dijuluki 'pawang klien'. Meskipun harus patuh pada kesepakatan yang dibangun bersama klien, desainer juga harus bisa mengendalikan klien yang tiba-tiba menjadi 'liar'. Biasanya, ada saja klien yang mudah goyah pendiriannya, akhirnya proyek yang Anda kerjakan bersama dan diharapkan berakhir bahagia, bisa berubah menjadi petaka.
Semuanya kembali pada sesolid apa brief awal dari klien. Kalau brief saja masih samar, jangan heran ketika Anda mendapatkan feedback dari klien yang berisi nada-nada ketidakpuasan atas pekerjaan Anda. Hal itu dikarenakan si klien itu sendiri masih bingung tentang apa yang mereka sendiri sedang cari.
Untuk mengatasinya, sedari awal Anda harus menegaskan posisi Anda sebagai desainer. Berkomunikasi memang perlu, menerima feedback juga wajib hukumnya Anda lakukan, tapi batasi hal tersebut, semisal Anda hanya menerima tiga kali revisi dalam tiap proyeknya.
2. Bekerja pada Orang yang Terlalu Akrab
Bekerja pada teman atau keluarga sebenarnya bukan hal yang benar. Kalaupun nantinya Anda akan dibuai oleh kenyamanan dan kelekatan personal, bencana bisa saja datang akibat hal ini.
Karena merasa sudah akrab atau terlalu akrab, maka klien yang juga orang dekat Anda ini merasa punya hak untuk menghubungi Anda kapan saja. Niat yang awalnya baik ini, karena terlalu tinggi frekuensi terjadinya, bisa berubah jadi teror untuk Anda.
Masih mending apabila feedback cuma disampaikan lewat email, tapi akan sangat bermasalah apabila 'klien' Anda ini memberikan feedback melalui telepon, SMS, hingga menyampaikannya secara tatap muka (akibat terlalu sering bertemu).
Bisa juga klien Anda ini menghilang begitu saja tanpa kabar. Anda, yang mungkin usianya lebih muda, pun bisa merasa belum punya cukup nyali untuk menanyakan kelanjutan proyek yang Anda kerjakan.
Nah, meskipun Anda telah mengetahui dampak buruk dari bekerja pada orang dekat dan Anda masih ingin melakukannya, pertegaslah hubungan kerja ini dengan kontrak. Selain itu, pertekankan pada klien Anda bahwa Anda seorang profesional yang juga manusia biasa, sehingga kesalahpahaman yang sifatnya pribadi bisa diminimalisir.
3. Terlalu Terikat Secara Emosi pada Klien
Berhati-hatilah saat Anda mengutamakan sisi personal Anda saat menerima proyek dari klien. Hal ini sering terjadi apabila Anda menyukai lembaga yang menaungi klien (seperti komunitas, perkumpulan, dan organisasi) atau mungkin malah Anda yang menyimpan rasa istimewa pada si klien itu sendiri.
Kejadian semacam ini memang tidak bisa kita hindari, namun jangan sampai Anda pada akhirnya menjadi pihak yang dilukai. Mungkin karena Anda menyukai sesuatu, sisi lain Anda akan dibutakan, misalnya ketidakjelasan nominal pembayaran.
Klien seperti ini pun biasanya tidak akan bertahan lama dan bukan target pelanggan tetap Anda.
Karena fanatisme semacam ini bisa saja merusak karir Anda ke depannya. ada baiknya untuk diantisipasi. Pertama, dengan 'menutup mata' dan tidak memedulikan siapa dan dari mana klien Anda berasal. Lalu, pertegas pada diri Anda sendiri apabila Anda adalah desainer profesional dan bukan budak klien Anda. Komitmen dari dalam diri seperti ini niscaya bisa membantu Anda terlihat lebih profesional di depan klien yang berhasil mengikat emosi Anda.
Dengan memelajari artikel ini, semoga Anda sudah menjadi desainer yang tanggap 'bencana'. Kalau Anda punya pengalaman menghadapi 'bencana' lain yang sejenis, silakan ceritakan di kolom komentar.
Sumber gambar: consumerdailywellness.com
0 comments:
Post a Comment